Judul : Girls In The Dark
Penulis : Akiyoshi Rikako
Penerjemah : Andry Setiawan
Penerbit : Penerbit Haru
Tanggal Terbit : May 2014
ISBN : 9786027742314
Jumlah Halaman : 284
Apa yang ingin disampaikan oleh gadis itu?
Gadis itu mati.
Ketua klub sastra, Shiraishi Itsumi, mati. Di tangannya ada setangkai bunga lily.
Pembunuhan? Bunuh diri?
Tidak ada yang tahu.
Satu dari enam anggota klub sastra digosipkan sebagai pembunuh gadis cantik berkharisma itu.
Satu dari enam anggota klub sastra digosipkan sebagai pembunuh gadis cantik berkharisma itu.
Seminggu sesudahnya, klub sastra mengadakan pertemuan. Mereka ingin mengenang mantan ketua mereka dengan sebuah cerita pendek. Namun ternyata, cerita pendek yang mereka buat adalah analisa masing-masing tentang siapa pembunuh yang sebenarnya. Keenam gadis itu bergantian membaca analisa mereka, tapi...
Kau.. pernah berpikir ingin membunuh seseorang?
---
Setiap orang memiliki sisi gelap mereka. Sisi gelap yang mereka tidak ingin orang lain tahu. Untuk mempertahankan rahasia itu, mereka rela melakukan apapun. Termasuk dengan menceburkan diri semakin dalam ke kegelapan.
Shiraishi Itsumi, gadis paling cantik di SMA Putri Santa Maria. Putri dari pengelola SMA tersebut. Dikagumi dan di hormati. Membangun kembali klub sastra yang telah ditutup bersama sahabatnya. Klub eksklusif, mereka bilang. Hanya orang yang diundanglah yang dapat bergabung.
Klub sastra yang berisikan gadis-gadis cantik dan pintar. Mereka yang berhasil masuk ke dalam klub tersebut diakui sebagai warga berkelas sepenjuru sekolah. Bahkan banyak diantara siswi lain yang iri hanya bisa melihat acara minum teh klub dari jauh saja.
Namun, sekolah dikejutkan dengan kabar tewasnya ketua klub sastra, Shiraishi Itsumi. Dan hanya ada setangkai bunga lily ditangannya. Gosip pun mulai berhembus bahwa salah satu anggota klub sastra lah yang mendorong Itsumi dari atas atap. Kemudian seminggu setelah kejadian menghebohkan itu, klub sastra kembali berkumpul untuk mengenang Itsumi.
Dan di malam yang terbalut guntur dan kilat. Semuanya terungkap.
---
Klub sastra memiliki tradisi yang dijalankan setiap minggu bernama Yami-nabe. Yaitu memakan Hot Pot dalam gelap serta dengan bahan-bahan yang dirahasiakan. Selama Yami-nabe, masing-masing anggota akan maju ke panggung yang telah disediakan dan membaca sebuah naskah/kisah. Kali ini, seminggu setelah kematian ketua klub Itsumi, Yami-nabe dilaksanakan. Namun, naskah yang dibaca adalah hasil karangan sendiri mengenai kematian Itsumi. Siapa yang menyangka, tema mengenang ketua Klub Sastra Shiraishi Itsumi dapat berubah menjadi ajang saling tuhuh sesama anggota? Mereka menunjuk dia dan dia, semua kebagian, tak kalah pula argumen yang mereka berikan. Apa yang mereka katakan begitu meyakinkan membuat orang-orang bertanya, siapa sesungguhnya yang jujur?
Dalam naskah yang dibacakan para anggota, juga terdapat kesan mereka mengenai Itsumi, bagaimana mereka bisa mengagumi Itsumi, serta betapa terhormatnya mereka saat diundang ke klub sastra.
Namun benarkah seperti itu? Apakah naskah yang mereka bacakan asli atau hanya kebohongan belaka untuk menutupi kejahatan mereka? Apa mereka benar-benar menyukai Itsumi sampai tega untuk membunuhnya? Atau adakah diantara mereka yang sebenarnya dendam terhadap Itsumi? Apa sebenarnya rahasia gelap Klub Sastra?
"Bukan keluarga, bukan teman sekelas, bukkan juga guru-guru, melainkan Shiraishi Itsumi-lah yang memberiku tempat untuk berada."
"Saat aku melihat Itsumi dan keluarganya, perasaan iri itu sama sekali tidak muncul. Sejauh itulah duniaku dan dunianya."
"Hmm.. sebenarnya. Aku dikuntit."
"Kau selalu memandang rendah aku. Aku tidak akan memaafkanmu. Kubunuh kau."
"Kemudaian gadis itu mengeluarkan sebilah pisau, menghujamkannya pada dada sang boneka. Wajah boneka itu sama dengan Shiraishi Itsumi."
"Kau tadi menyembunyikan sesuatu kan?"
---
Udah lama beli buku ini, sekitar sebulan yang lalu(?). Tapi baru niat di baca hari minggu kemarin. Entahlah, kesannya yang misterius agak membuatku risi. Terutama Jepang, budaya Jepang yang semakin bebas membuatku curiga, ada yang aneh-aneh ngga ya nanti? Ternyata dugaanku benar, ada yang "aneh-aneh". Hmm.. Jepang.
Kesan ku setiap membaca naskah mereka seperti ini.
Dalam naskah yang dibacakan para anggota, juga terdapat kesan mereka mengenai Itsumi, bagaimana mereka bisa mengagumi Itsumi, serta betapa terhormatnya mereka saat diundang ke klub sastra.
Namun benarkah seperti itu? Apakah naskah yang mereka bacakan asli atau hanya kebohongan belaka untuk menutupi kejahatan mereka? Apa mereka benar-benar menyukai Itsumi sampai tega untuk membunuhnya? Atau adakah diantara mereka yang sebenarnya dendam terhadap Itsumi? Apa sebenarnya rahasia gelap Klub Sastra?
"Bukan keluarga, bukan teman sekelas, bukkan juga guru-guru, melainkan Shiraishi Itsumi-lah yang memberiku tempat untuk berada."
"Saat aku melihat Itsumi dan keluarganya, perasaan iri itu sama sekali tidak muncul. Sejauh itulah duniaku dan dunianya."
"Hmm.. sebenarnya. Aku dikuntit."
"Kau selalu memandang rendah aku. Aku tidak akan memaafkanmu. Kubunuh kau."
"Kemudaian gadis itu mengeluarkan sebilah pisau, menghujamkannya pada dada sang boneka. Wajah boneka itu sama dengan Shiraishi Itsumi."
"Kau tadi menyembunyikan sesuatu kan?"
---
Udah lama beli buku ini, sekitar sebulan yang lalu(?). Tapi baru niat di baca hari minggu kemarin. Entahlah, kesannya yang misterius agak membuatku risi. Terutama Jepang, budaya Jepang yang semakin bebas membuatku curiga, ada yang aneh-aneh ngga ya nanti? Ternyata dugaanku benar, ada yang "aneh-aneh". Hmm.. Jepang.
Kesan ku setiap membaca naskah mereka seperti ini.
Mengejutkan. Satu kata itu cukup mewakili semua yang aku rasakan setelah membaca halaman terakhir buku ini. Apa remaja Jepang memang seperti itu ya? Aku berpikir dalam hati. Karena berkat buku ini, aku jadi teringat manga Jepang yang pernah aku baca dulu. Judulnya Arisa. Arisa dan Girls In The Dark memiliki nuansa magis yang sama, kegelapan yang sama, sama-sama misterius juga, dan sisi lain para gadis idola. Aku jadi ingin bercerita tentang Arisa, tapi akan ku ceritakan di tempat lain saja.
Juga ada beberapa point yang membuatku bingung. Kan Yami-nabe itu dimakan dalam gelap, tapi mereka juga sambil mendengarkan pembacaan naskah anggotanya. Nah pertanyaanku, jika benar-benar gelap pekat seperti yang dikisahkan dalam novel, bagaimana mereka bisa membaca naskah tersebut? Atau jika ada cahaya dari panggung, bagaimana mereka tidak tahu apa saja bahan yang dimasukkan ke Hot Pot? Entahlah. Ada juga bagian akhir yang membuatku bingung, tapi jadinya nanti spoiler makanya ngga jadi. Terjemahannya juga ada yang sedikit kaku. 'Tempat berada'(?) hmm.
Dan, aku suka bunga Lily. Lily putih itu melambaikan kemurnian, kesopanan, kesucian, dan sebagainya. Tapi disini, Lily justru dilambaikan sebagai kematian. Sigh. Aku bahkan memakai lily sebagai lambang ratingku. Kenapa dia ngga memakai bunga kamboja aja? kan pas tuh. Sigh lagi.
Ada kok tulisannya mereka pakai penerangan lilin :)
ReplyDeleteDan ya, Jepang memang negara bebas. Ceritanya ga aneh2 seperti yang sist kira kok. Memang begitulah ceritanya. Dan remaja2 Jepang realitanya bahkan lebih parah dari yang ada di novel. :)
Aku juga pernah baca Arisa. Memang, nuansanya mirip dengan Girls in The Dark.. ><