Pages

Thursday, March 19, 2015

[Review] The Kiss of Deception by Mary E. Pearson

Title: The Kiss of Deception
Author:  Mary E. Pearson
Series: The Remnant Chronicles #1
Publisher: Henry Holt and Co.
Published: July 2014
Pages: 489
ISBN: 9780805099232




A princess must find her place in a reborn world.
She flees on her wedding day.
She steals ancient documents from the Chancellor's secret collection.
She is pursued by bounty hunters sent by her own father.
She is Princess Lia, seventeen, First Daughter of the House of Morrighan.

The Kingdom of Morrighan is steeped in tradition and the stories of a bygone world, but some traditions Lia can't abide. Like having to marry someone she's never met to secure a political alliance.

Fed up and ready for a new life, Lia flees to a distant village on the morning of her wedding. She settles in among the common folk, intrigued when two mysterious and handsome strangers arrive and unaware that one is the jilted prince and the other an assassin sent to kill her. Deceptions swirl and Lia finds herself on the brink of unlocking perilous secrets -secrets that may unravel her world- even as she feels herself falling in love.





Today was the day a thousand dreams would die and a single dream would be born.

Bersetting di negeri yang masih memiliki kepercayaan tinggi terhadap leluhur dan dewa, Morrighan, asal muasal dari legenda tentang The First Daughter dan kelebihannya. Princess Arabella, Putri Pertama dari Kerajaan Morrighan di minta untuk menikahi pangeran Jaxon dari kerajaan Dalbreck demi politik dan bisnis. Tapi melihat Raja kerajaan Dalbreck yang sudah sangat tua usianya, Arabella atau yang lebih suka dipanggil Lia, yakin calon suaminya tak akan jauh berbeda. Lia menolak menikahi aki-aki yang membiarkan papanya mengamankan pengantinnya, sehingga hanya ada satu cara untuk menghentikan pernikahan, sang pengantin pun melarikan diri.

We can’t always wait for the perfect timing.

Lia dan dayangnya Pauline melarikan diri ke Terravin, kampung halaman Pauline untuk memulai hidup baru. Di Terravin lah dua orang pemuda tampan, yang satu berambut pirang dan yang lainnya gelap, keduanya gagah dan memancarkan aura misterius, datang ke kedai tempat Lia bekerja.

I will find you …
In the farthest corner …

Yang unik di buku ini adalah penyampaian ceritanya yang disampaikan oleh tiga orang, Lia, Rafe, dan Kaden. Lia, bisa dibilang putri yang mengidam-idamkan untuk jatuh cinta. Memang tidak bisa dibilang salah juga, tapi tindakan Lia kabur itu agak kekanak-kanakan menurutku. Tanpa mempertimbangkan efek dari tindakannya di dua kerajaan yang tidak bisa dibilang berhubungan baik, Lia semata-mata kabur karena dia tidak bisa menikahi seseorang yang tidak dia cintai. Err... Really. Dan ketika dia sadar, yah well, it's a lil' bit late.

Rafe dan Kaden, dua orang yang misterius, bahkan untuk pembaca. Pearson dengan apik membuat bingung pembaca mengidentifikasi siapa pangeran dan siapa pembunuhnya. Awal-awal kedua tokoh ini mulai mengambil alih narasi, di judul chapternya di namai dengan The Prince dan The Assassin. Tanpa ada penggambaran sama sekali mengenai wujud keduanya di chapter itu, muncullah mereka di narasi Lia, dengan penggambaran dari Lia yang amat detail, even their eyes. Dari situ mulai keliatan niat Pearson untuk mengecoh pembaca. Kemudian ketika beberapa chapter kita seakan telah kenal dengan The Prince dan The Assassin, chapter Rafe dan Kaden dinamai dengan nama mereka, Rafe dan Kaden. Membingungkan pembaca sekali lagi untuk membedakan keduanya dan harus memihak sebelah mana. Twist? Not likely, just smart as hell. Dan harus diakui aku agak kesel waktu tahu aku salah. Damnit.

“I see only reminders that nothing lasts forever, not even greatness.”
“Some things last.”
I faced him. “Really? And just what would that be?”
“The things that matter.”

Awal ke pertengahan aku yakin buku ini cuma tentang kisah cinta seorang putri yang kabur dari Istana, dengan sedikit agak banyak cinta segitiga. Tapi penggalan-penggalan puisi atau prosa antar chapter selalu mengingatkanku kalau buku ini lebih dari itu.

There is one true history
and one true future.
Listen well,
for the child sprung from misery
will be the one to bring hope.

Kemampuan Lia sebagai Putri Pertama di keturunan Morrighan bukan hanya kemampuan magis yang welas asih dan bersifat gipsi. Aku percaya ada takdir besar yang menanti Lia. Mungkin untuk menghentikan peperangan antara tiga kerajaan atau untuk menghentikan murka dewa yang kedua kalinya. Apapun itu, perjalanan Lia masih panjang. Ramalan Venda yang ia nyanyikan ratusan tahun lalu akan segera terlaksana, dan hanya masalah waktu sampai Lia memutuskan untuk melaksanakan apa yang menjadi takdirnya atau mengabaikannya. Tapi tentu saja, we’re all part of a greater story too.

Once upon a time, child,
Long, long ago, ...

Dan terima kasih Pearson, untuk membuat Lia melihat kebenaran yang tersimpan di balik kebohongan.

Ascente cha ores ri vé breazza. Zsu viktara.
Turn your ear to the wind. Stand strong.

*COYER Winter 2014-2015
*NARC 2015

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...