Pages

Monday, January 19, 2015

[Blabering] Opini Bareng BBI : Ekspektasi Part II

src

Tidak ada yang melarang saya untuk membuat dua opini kan? Jadi lanjut ya.

Nah, jadi saya kan baca opininya Indah @ Threez's Stack  , dia membahas tentang no ekspektation, "jangan terlalu berharap tinggi kalau mau baca buku, nanti kalau perkiraannya salah yang ada malah kecewa berat". Bener sih, saya juga dulu sebenarnya begitu. Ngga mikir ketinggian kalau mau baca buku apa-apa, secara saya kan masih pemula, belum tahu penulis mana yang tulisannya enak dibaca.

Tapi setelah beberapa kejadian mengecewakan, saya kapok blind date sama buku.


Pertama : Waktu. Untuk baca satu buku penuh itu ngga cukup waktu satu jam dua jam (kecuali kalau bukunya 100-200 hal). Sementara waktu yang tersisa dari bekerja, kuliah, dan urusan keluarga hanya tersisa beberapa jam saja setiap harinya. Rasanya kalau harus blind date dengan buku itu, hmm...

Kedua : Uang. Di tempat saya tinggal tidak ada perpustakaan umum, tidak ada juga kolektor buku seperti saya (saya bahkan belum bisa disebut kolektor). Intinya ngga ada orang yang bisa saya pinjam bukunya untuk saya baca yang akhirnya membuat saya harus membeli semua buku saya. Tapi kebutuhan sehari-hari bukan cuma buku toh, saya tetep harus makan biar bisa bangun, melek, dan baca, orang tua saya juga masih punya kebutuhan, terus kuliah saya gimana? Situasi seperti ini lah yang akhirnya membuat saya dan saya yakin sebagian orang tentu mikir-mikir kalau mau beli buku. Ya toh?

Ketiga : Rasa-rasanya agak mustahil untuk blind date dengan suatu buku kecuali kita diberikan buku itu secara gratis atau kado tiba-tiba. Kenapa? Ketika kita membeli suatu buku atau bahkan hanya meminjamnya, tentu kita pasti punya harapan kalau buku ini akan bagus toh? Entah harapan itu ada karena cover bukunya atau sinopsisnya atau harganya. Ekspektasi itu pasti ada. Perasaan 'sepertinya menarik' itu muncul karena di dalam hati pasti muncul keinginan agar buku itu sesuai dengan perkiraan. Bahkan buku yang kita tahu akan membuat kita kecewa tapi tetap kita baca (yang menurut saya buang-buang waktu, uang, dan tenaga)

Jadi sebenarnya saya ngga pernah blind date dong? Sepertinya tidak. Belum ada orang yang cukup mengerti saya untuk memberi kado berupa buku #hiks.

Nah, terus gimana caranya mengatasi kekecewaan ketika kita dikecewakan oleh buku?

Saran saya : Nikmatin aja.

Jadikan pelajaran kalau memang kita kecewa berat. Buku itu banyak dan tidak semuanya mengecewakan. Tetaplah berekspektasi karena perasaan itulah yang membuat kalian awalnya suka membaca buku kan?

Tetaplah membaca meskipun kalian berkali-kali dikecewakan. Sama seperti kalian terus saja pacaran meskipun sudah berulang kali sakit hati. 

Make mistakes, because that's the only way you can learn.
Angeraeyo?


2 comments:

  1. samaaaaa banget alasan kedua, ak g punya teman baca di tempatku tinggal :( tahun ini juga udah berprinsip beli buku yang emang bener-bener akan dibaca, biar konsen ke timbunan :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama, ngeliat buku yang belum dibaca dari kapan tahu tuh rasanya sedih :( padahal ngga sebanyak timbunannya ka sulis.

      Delete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...