Pages

Thursday, January 8, 2015

[Blabering] Opini Bareng BBI : Ekspektasi

src

Ketika membeli atau membaca sebuah buku, apa sih yang pertama di jadikan pertimbangan? Kalau saya ada 3; sinopsis, ulasan , penulis.

Sinopsis, saya tidak pernah membeli buku yang tidak memiliki sinopsis di belakang buku tersebut, kenapa, saya itu orangnya tidak mau buang-buang uang untuk sesuatu yang saya tidak yakin bagus. Belajar mengenai ekonomi serta terbatasnya dana dan waktu membuat saya selalu melihat keuntungan di setiap barang yang saya beli dan pakai. Keuntungan dalam hal kegunaan tentunya, termasuk kegunaan dalam menghibur saya di sela-sela kehidupan saya yang cukup membosankan ini. Jadi ketika membeli sebuah buku, yang saya lihat selain harga, sudah pasti sinopsisnya.

Ulasan, merupakan pertimbangan saya yang tidak terlalu sering saya gunakan, pertama karena beberapa reviewer terkadang memberikan spoiler mengenai apa yang akan terjadi di dalam buku tersebut (saya sedang belajar agar tidak melakukan hal yang serupa) sehingga saya sangat jarang untuk benar-benar membaca review seseorang. Terkadang saya hanya melihat apa tanggapan mereka di bagian paling akhir dan berapa rating yang mereka berikan. Inilah yang saya pertimbangan ketika menulis list buku yang harus saya beli. Jadi, kalau sinopsis saya gunakan ketika saya beli/baca buku secara spontan, ulasan saya gunakan ketika saya ingin merencanakannya.


Penulis, spontan maupun tidak spontan, siapa yang menulis buku tersebut merupakan pertimbangan terbesar saya ketika membeli sebuah buku. Apa saya pernah mendengar nama penulisnya? atau bahkan pernah membaca salah satu karyanya? Apa saya menyukai gaya penulisannya? Misalnya saya tidak menyukai karakter utama yang diciptakan penulis B di satu buku, maka kemungkinan saya tidak akan membaca bukunya yang lain, it's a big no no. Bahasa gaulnya mungkin, cukup tau ajah.

Dari tiga hal yang menjadi pertimbangan di atas, maka akan terciptalah sebuah ekspektasi bukan? harapan bahwa buku itu akan sebagus yang kita perkirakan. Namun terkadang, meskipun dengan sinopsis, review, dan nama terkenal penulis, tidak bisa memastikan bahwa buku itu bagus atau akan disukai. Misalnya, saya tidak suka dengan bukunya Dwitasari -kita blak blakan aja ya di sini- saya benci dengan karakter yang dia ciptakan, padahal ketika membaca sinopsis dan beberapa review, saya menyimpulkan bahwa buku ini pantas untuk di coba, ditambah Dwitasari merupakan artis twitter, makin tertarik untuk dibaca kan? Namun ketika saya akhirnya membaca buku yang menjadi best seller ini, yang saya ingin lakukan justru melemparnya jauh-jauh. Kemudian ada Colleen Hoover, saya merasa karakter yang dia ciptakan juga sama menyebalkannya dengan karakternya Dwitasari, sehingga saya berhenti membaca buku-bukunya yang lain. Tetapi BANYAKKKK sekali reviewer yang mengagung-agungkan nama Hoover, bahkan saya tidak pernah menemukan reviewer yang sependapat dengan saya. Akhirnya berdasarkan pendapat ribuan reviewer yang menjadi fan Hoover, saya kembali membaca buku Colleen Hoover yang berjudul Maybe Someday, dan apalah dikata, saya kembali tidak menyukai karakter yang dia buat.

Namun, bukan hanya itu saja. Terkadang saya juga kecewa dengan penulis favorit saya. Padahal satu-satunya hal yang membuat saya membeli buku tersebut adalah karena saya suka gaya penulisannya. Misalnya Orizuka dan Winna Efendi, dari semua buku Orizuka yang paling saya benci adalah The Truth About Forever, sampai sekarang saya masih belum bisa menamatkan buku tersebut. Banyak yang bilang bukunya bagus sampai membuat air mata bercucuran, namun satu-satunya hal yang saya rasakan ketika membaca buku ini adalah kejengkelan karena begitu bertele-telenya buku ini. Sementara untuk Winna Efendi, saya tidak bisa membuat diri saya menyukai Remember When, betapapun banyaknya pembaca di luar sana yang mengatakan buku ini tuh bagus.

Itulah contoh ekspektasi saya yang diangkat tinggi-tinggi kemudian di jatuhkan ke bumi dengan keras. Rasa kecewa saya menyakitkan.

Tapi

Ekspektasi tidak hanya mengenai ekspektasi tinggi akan suatu buku, melainkan juga ekspektasi rendah yang membuat kita menyingkir dari buku tersebut. Meskipun saya jarang sekali punya ekspektasi rendah, karena menurut saya semua buku itu menarik, sampai saya membacanya. Tapi saya punya satu buku yang belakangan ini saya sadar ternyata keren banget. Cinder karangan Marissa Meyer, ketika saya membaca sinopsisnya, saya berpikir "Cinderella cyborg? Yang bener aja." Tapi "Wauw!!" adalah kata yang keluar dari bibir saya ketika selesai membacanya.

Jadi 3 hal pertimbangan saya tadi kalau dipikir-pikir, tidak ada gunanya dong. Kan tidak bisa memastikan buku itu menarik atau tidak menarik. Terus gimana caranya menghindari buku yang isinya nyebelin?

Saran saya: Take The Risk.

Tidak bertanggung jawab memang saran saya, bahkan untuk diri saya sendiri. Saya juga sebenernya masih suka bimbang kalau membaca buku dengan cara ini. Apalagi kalau covernya ngga menarik. Hmmm...

Tapi beberapa buku yang saya baca dengan cara ini ternyata berbuah manis. Banyak penulis yang namanya sudah mengisi daftar penulis favorit saya dengan cara ini. E.Lockhart, Rainbow Rowell, Marissa Meyer, Liz Czukas, Romily Bernard.

So, why not Take The Risk once in a while?

Tapi buat orang sensible macam saya (juga), coba cari reviewer yang merating 5 bintang -dari 5 bintang- untuk -minimal- 10 buku favoritmu. Lebih dari 70 persen kemungkinan bahwa buku-buku 5 bintangnya yang lain juga akan kamu sukai.

So, that's my advice. Take it or leave it, your choice.

Dan saya paling suka ketika suatu karakter mengatakan hal ini.
"Kita tak akan tahu sebelum kita mencobanya kan?"
Opini Bareng Jan'15 : Ekspektasi

3 comments:

  1. Suka deh saran >> coba cari reviewer yang merating 5 bintang -dari 5 bintang- untuk -minimal- 10 buku favoritmu. Lebih dari 70 persen kemungkinan bahwa buku-buku 5 bintangnya yang lain juga akan kamu sukai. Kayaknya patut dicoba :)

    Kalau aku biasanya cara memlih buku dinilai dari: isi cerita, penulis, kaver dan penerbit. Kadang main intuisi juga :p

    ReplyDelete
  2. Emang baca buku itu Take The Risk. Nggak seru soalnya kalau tidak mau coba membaca. :)

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...