Pages

Sunday, October 4, 2015

[Review] ROMA: Con Amore by Robin Wijaya

https://www.goodreads.com/book/show/17446796-roma?from_search=true&search_version=service
Title: ROMA: Con Amore
Author: Robin Wijaya
Series: Setiap Tempat Punya Cerita #2
Publisher: GagasMedia
Published: February 2013
ISBN: 9789797806149
Pages: 384



Pembaca tersayang,

Banyak jalan menuju Roma. Banyak cerita berujung cinta. Robin Wijaya, penulis novel Before Us dan Menunggu mempersembahkan cerita cinta dari Kota Tujuh Bukit.

Leonardo Halim, pelukis muda berbakat Indonesia, menyaksikan perempuan itu hadir. Sosok yang datang bersama cahaya dari balik sela-sela kaca gereja Saint Agnes. Hangatnya menorehkan warna, seperti senja yang merekah merah di langit Kota Roma. Namun, bagaimana jika ia juga membawa luka?

Leo hanya ingin menjadi cahaya, mengantar perempuan itu menembus gelap masa lalu. Mungkinkah ia percaya? Sementara sore itu, di luar ruang yang dipenuhi easel, palet, dan kanvas, seseorang hadir untuk rindu yang telah menunggu.

Setiap tempat punya cerita. Roma seperti sebuah lukisan yang bicara tanpa kata-kata.

Enjoy the journey,
EDITOR


"Leo tidak akan menjual lukisan itu."
Aku tidak tahu harus mulai dari mana. ROMA benar-benar berkesan untukku. Pertama karena tulisannya yang mengalir yang membuatku sampai lupa waktu. Kedua karena meskipun aku tidak begitu menyukai konsep di ROMA, aku juga tidak bisa dibilang membencinya. ROMA bercerita tentang seniman bernama Leonardo Halim dan Felice. Pertemuan mereka berawal ketika Felice salah memberikan alamat pengiriman lukisan Leo ke Gallery. Tingkah Felice yang memang unik mengusik perasaan Leo kala itu, tapi tak ada yang menyadari sampai semuanya terlihat seperti kebohongan belaka.


"Kita menggantung kata perpisahan. Diam-diam menaruh harapan dan keinginan untuk dipertemukan lagi kelak."

Ada orang yang percaya dengan kebetulan, ada orang yang percaya dengan takdir, dan ada orang yang percaya dengan sebab dan akibat, kalau aku percaya itu direncanakan, oleh penulisnya. Pertemuan Leo dan Felice tidak berhenti sampai di situ, mereka dipertemukan lagi di Bali ketika Felice pulang untuk menghadiri pernikahan kakaknya. Sementara Leo sedang berpartisipasi di pameran bersama teman-temannya. Pertemuan Leo dan Felice di Roma mungkin bukan pertemuan yang baik, tapi kecanggungan diantara mereka teruraikan begitu mereka meninggalkan Roma.

"Adakah lagi jarak yang membatasi kita, ketika kau membagi cerita dan membiarkanku tahu segala tentangmu?"

Mereka mengobrol kemudian berteman kemudian jatuh cinta. Tapi hal yang aku khawatirkan sejak awal membaca novel ini tidaklah hilang, hanya disimpan untuk akhirnya dilemparkan kemudian.

Konsep jatuh cinta di ROMA bukan salah satu dari tema favoritku, aku justru lebih ke arah membencinya. Karena setiap aku mendukung pemeran utama aku selalu merasa bersalah dengan karakter yang lainnya. Dan aku tidak mau merasa bersalah atas sesuatu seperti itu, rasanya aneh. Aku ngga jelas ya? Abis aku ngga bisa cerita lebih banyak, takut malah jadi spoiler.

Terus yang bikin aneh lagi itu percakapannya, mereka terlalu kaku! Bukan, bukan kaku. Percakapannya seolah menjunjung tinggi cara berbahasa yang baik dan benar, tidak terkesan seperti ketika orang Indonesia berbicara, rasanya jadi kayak buku terjemahan bukan buku lokal.

Aku juga sebenarnya ngga suka peran Leo di konflik klimaksnya, dia seolah diam dan membiarkan orang lain yang menyelesaikan. Juga dia seolah tidak peduli terhadap ... yah pokoknya ada lah, padalah dia yang bikin masalah itu ada, padahal dia yang nyakitin. ckck. Dan Felice juga, aku berani bertaruh kalau aja karakter lain ngga mengalah pasti dia tetep ngga akan mundur. Dia agak egois sih menurutku.Terus si Franco dan Andrea itu bikin kaget, sayang banget kalau harus ditutup seperti itu, Italian menjunjung tinggi keluarga padahal katanya.

Tapi aku suka preface di bawah setiap judul Bab, kadang yang aku tunggu itu. Banyak kata-kata berkesan juga, karakter pendampingnya bijak-bijak ya di ROMA, padahal karakter utamanya aja ngga terlalu. Seperti kata Tenny "Cinta adalah kekurangan dan kelebihan."
Jadi sebenarnya yang bikin aku suka sama buku ini ya, tulisannya, syahdu gitu bawaannya. Hha. Aku jadi kepingin baca tulisannya Robin Wijaya yang lain.

"I don't think I'm in love. But I know, I'm in love! With you,"

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...