Pages

Thursday, October 1, 2015

[Review] Ayah by Andrea Hirata

Title: Ayah
Author: Andrea Hirata
Publisher: Bentang
Published: May 2015
ISBN: 9786022911029
Pages: 412



Betapa Sabari menyayangi Zorro. Ingin dia memeluknya sepanjang waktu. Dia terpesona melihat makhluk kecil yang sangat indah dan seluruh kebaikan yang terpancar
darinya. Diciuminya anak itu dari kepala sampai ke jari-jemari kakinya yang mungil. Kalau malam Sabari susah susah tidur lantaran membayangkan bermacam rencana
yang akan dia lalui dengan anaknya jika besar nanti. Dia ingin mengajaknya melihat pawai 17 Agustus, mengunjungi pasar malam, membelikannya mainan,
menggandengnya ke masjid, mengajarinya berpuasa dan mengaji, dan memboncengnya naik sepeda saban sore ke taman kota.


Andrea Hirata terkenal akan bukunya yang memotivasi, bukunya yang kaya akan budaya melayu, dan karakter-karakternya yang unik. Tak dapat dipungkiri Ayah memiliki ketiga ciri khasnya.

Karakter
Karakter utamanya, si Ayah, adalah Sabari bin Insyafi. Sabari dibesarkan bersama puisi-puisi dari Ayahnya. Karena itu Sabari cinta sekali dengan puisi dan ketika ia jatuh cinta makin puitislah hidupnya. Tapi sayang, Sabari tak pernah menginjakkan kaki di dunia nyata. Dirinya sejak dulu, dan sampai sekarang pun selalu, berada di dunia puisi. Bukan berarti buruk ketika kau hanya melihat cahaya di kegelapan, tapi bukankah menyadari kegelapan itu sendiri yang seharusnya membuat kita mencari cahaya? *ngomong apa aku ni. Aku tuh frustasi sama Sabari, cuma satu kata yang dapat mendeskripsikan perilakunya : menyedihkan. Bahkan kawan-kawannya yang nemplok dari SD, tetangga-tetangganya, sampai orang-orang di pasar pun berpikir demikian : menyedihkan. Frustasi dan depresi karena kehilangan bolehlah dilakukan, tapi selama 8 tahun?!! DELAPAN TAHUN !!!!

“Mencintai seseorang merupakan hal yang fantastis, meskipun orang yang dicintai itu merasa muak.” 

Terus ada lagi si Lena. Ah, tak tahulah apa yang perlu dicakap tentang perempuan satu ni. Egonya yang tinggi dan sikap sombongnya membuatku muak saja. Tak pernah sekalipun aku membenci karakter di buku Hirata seperti aku membencinya. Dia bersikap seolah dialah pusat tata surya. Hah!
Tiga kawan Sabari yang lain, Ukun, Tamat, dan Toharun merupakan karakter yang menjadi penyegar di buku ini. Sebenarnya Sabari tidaklah jelek-jelek amat, tapi sikapnya yang selalu terpuruk semenjak kehilangan anaknyalah yang membuatku tak tahan. Kawan-kawannya pun tak tahan, akhirnya mereka ke Sumatra untuk memcari Zorro, bocah manis pintar yang mencintai dongeng makanan. Sifat mereka yang polos itu benar-benar lucu. Terutama ketika mereka mulai mempraktikan latihan mereka dalam berbahasa yang baik dan benar. Takjub mungkin bukan kata yang tepat, more like did that just happen?

“Segala hal dalam hidup ini terjadi tiga kali, boi. Pertama lahir, kedua hidup, ketiga mati. Pertama lapar, kedua kenyang, ketiga mati. Pertama jahat, kedua baik, ketiga mati. Pertama benci, kedua cinta, ketiga mati. Jangan lupa mati, boi.” 

Kemudian ada Izmi, aku tadinya berpikir Sabari akan terbangun dari mimpinya dan menikahi Izmi, but boy was I ever wrong. Izmi adalah karakter perempuan yang paling aku suka, sayangnya Izmi hanyalah penonton di kejauhan. Izmi melihat perjuangan Sabari untuk mendapatkan Lena dan ia ikut termotivasi. Meskipun ada kemungkinan besar ia tak dapat mencapai mimpinya, tapi Izmi ingin setidaknya ia tak menyerah, karena Sabari pun tidak.

Plot/Alur
Menarik, bagaimana perjuangan Sabari pada akhirnya membuahkan hasil, meskipun yah well agak pathetic. Ayah mengisahkan banyak kisah seorang Ayah. Ayahnya Sabari, Ayahnya Amiru, dan Sabari sendiri, bahkan kisah seorang Ayah yang dianggap gila di Australia karena menemukan bekas perbuatan epic Sabari. Kisah-kisahnya juga menyentuh. Serta perjuangan Amiru mendapatkan kembali Radio klasik ayahnya adalah yang paling aku suka. Selain itu karena tokoh utamanya merupakan puitis, tak ayal banyak penggalan puisi yang terselip di sana sini. Salah satu kesukaanku ini :
Waktu menunggu
Waktu berlari
Waktu mengejar
Waktu bersembunyi
Biarkan aku mencintaimu
Dan biarkan waktu menguji
Indah nian bukan?


No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...