Author: Wendy Higgins
Series: The Sweet Trilogy #1
Publisher: HarperTeen
Published: May 2012
ISBN: 9780062085610
Pages: 447
Embrace the Forbidden
What if there were teens whose lives literally depended on being bad influences?
This is the reality for sons and daughters of fallen angels.
Tenderhearted Southern girl Anna Whitt was born with the sixth sense to see and feel emotions of other people. She's aware of a struggle within herself, an inexplicable pull toward danger, but it isn't until she turns sixteen and meets the alluring Kaidan Rowe that she discovers her terrifying heritage and her willpower is put to the test. He's the boy your daddy warned you about. If only someone had warned Anna.
Forced to face her destiny, will Anna embrace her halo or her horns?
I tugged the jean skirt down and tried not to fidget with the straps of the tank top as we stood in line for the show.
Ini buku kedua ku tentang fallen angels, yang pertama itu Hush, Hush by Becca Fitzpatrick. Kalau di Hush, Hush, fallen angels itu bukan demon, tapi angel yang dibuang ke bumi tanpa bisa menjadi manusia (punya indra perasa dsb). Nah disitulah nephilim dibutuhkan, setiap setahun sekali selama dua minggu, fallen angels bisa merasuki tubuh nephilim yang telah bersumpah menjadi budaknya seumur-hidup agar fallen angels itu bisa merasakan bagaimana menjadi manusia sejati. Di Sweet Evil dan Hush, Hush, keduanya menekankan bahwa Nephilim adalah budak fallen angels, hanya saja Sweet Evil mengatakan bahwa fallen angels adalah demon, semacam satan, yang tugasnya menghancurkan kehidupan manusia dan menggiringnya ke neraka. Di Sweet Peril, Nephilim tugasnya untuk menjadi kaki tangan fallen angels untuk menyesatkan manusia, bukan untuk dirasuki, karena pada dasarnya fallen angels itu sudah diberi kemampuan untuk merasuki siapapun yang dia mau. Okay, intinya beda buku beda cerita, apalagi kalau beda Author.
Sweet Evil itu sendiri ceritanya tentang gadis Nephilim yang buta akan identitas dirinya sendiri, Anna Whit. Anna sadar dia itu tidak normal, punya indra ke enam dsb, bahkan lima indranya pun terlalu tajam untuk ukuran manusia biasa. Anna sadar tapi dia berusaha menjadi normal, layaknya anak-anak lain yang oblivious tentang percakapan orang lain satu kilometer jauhnya. Sampai dia ketemu dengan Kaidan Rowe. Berkat Kaidan, Anna sadar kemungkinan bahwa dia itu memang bukan manusia ada, dan bahwa ada orang lain yang seperti dia. Meskipun setelah ditentang mati-matian oleh ibu angkatnya, Patti, dia tetap menemui Kaidan. Dan keputusannya itulah yang membuatnya tidak bisa kembali ke kehidupan normalnya, karena salah satu fallen angels sekarang tahu tentang dia.
“We have to face difficulties to find out what our true strengths are. How we come back from failure is a very valuable test.”
Etapi bukan berarti aku keberatan loh, gaya penulisannya yang ngalir bikin aku males ngambil jeda waktu baca buku ini. Kalau bisa dibaca sekali duduk mah pasti lanjut lah, tapi mata udah ngga tahan kakak! Masa mau baca semalam suntuk, hari ini kan aku harus kerja (yang ternyata libur, banjir, untung belum berangkat #curcol). Kebanyakan buku ini cuma berupa informasi tentang pieces pieces konflik yang akan ada di buku-buku berikutnya dan err, kisah asmara Anna dan Kaidan.
“There was nothing healthy about desperately wanting something you couldn't have."
Sejarah tentang fallen angels kebanyakan sama dengan buku-buku yang pernah ku baca. Para Angels masing-masing mengambil pihak antara Luchifer dan Tuhan, kemudian yang memihak Luchifer di buang ke Neraka, yang memihak Tuhan tetap menjadi Angels of Light. Meskipun beda author beda pengembangan ceritanya dari sana. Okay, kita udah bahas itu. Lanjut.
Sebenernya sih inti dari buku ini cuma sebagai informasi, bisa dibilang pengenalan untuk konflik di buku berikutnya karena jelas-jelas something will happen. Biar ngga bingung kali makanya semua informasi yang perlu diketahui di timplukin di buku pertama. Tidak mengecewakan kok, bukan karena ceritanya yang penuh keromantisan atau kegalauan romantisme, tapi karena cara Higgins nulis itu emang ngga ngebosenin.
Oh ya, ngomong-ngomong soal romantisme, aku agak kecewa sih sama bagian cintanya. Terus cinta segitiga yang Higgins coba sampaikan terlihat terlalu dipaksakan, mirip asal-asalan, semacam numpang lewat doang. Ngga perlu ada lah kalau menurutku.
Ah, one more thing, kalau mampir ke Goodreads, jangan coba-coba baca quote buat buku ini, apalagi yang belum baca bukunya, Spoiler semua, satu chapter satu quote, panjang banget.
“The mind is its own place, and in itself can make a heaven of hell, a hell of heaven.”
This review is submitted for:
*COYER Winter 2014-2015
*NARC RC 2015
*New To You RC 2015 | New Author
*Alphabet Soup RC 2015 | S
No comments:
Post a Comment