Judul : Meet The Shennas
Penulis : Orizuka
Penerbit : Noura Book Publishing
Tanggal Terbit : Januari 2014
Jumlah Halaman : 364 hal
No. ISBN : 9786022160038
Harga : Rp 63,000
Aku Daza Senna.
Anak kedua dari tiga bersaudara, yang artinya aku anak tengah-
Anak kedua dari tiga bersaudara, yang artinya aku anak tengah-
Astaga. Aku menulis apa sih?
Oke. Mari coba lagi.
Oke. Mari coba lagi.
Aku Daza Senna.
Aku tinggal bersama orang-orang yang sama sekali tak bisa disebut normal.
Dan sialnya, orang-orang itu adalah keluargaku.
Aku tinggal bersama orang-orang yang sama sekali tak bisa disebut normal.
Dan sialnya, orang-orang itu adalah keluargaku.
Hmm, ini sudah lebih bagus.
Siapa sih yang mau tinggal dengan orang-orang yang memberi semacam formulir pendaftaran dan serangkaian ujian kepada setiap cowok yang ingin dekat denganku? Memangnya cowok-cowok itu mau SNMPTN? Coba bayangkan penderitaanku. Belum terbayangkan? Berarti kalian harus bertemu dengan mereka.
---
Gimana sih rasanya punya keluarga besar yang tinggal satu rumah? Dari kakek nenek sampai om tante pun tinggal satu atap di kediaman keluarga Senna. Belum lagi kalau semua anggota keluarga itu memiliki sifat yang bisa dibilang unik. Oke. Mereka tidak normal (kata Daze).
Senna, kakek Daze, sekaligus pemilik tiga perusahaan besar, membiarkan saja anaknya di drop out dari sekolah. Neneknya, nyonya Senna, suka sekali dengan kegiatan meremajakan diri, terutama wajah. Senna Junior, ayahnya dibanding teman-temannya yang suka Frank Sinatra, beliau lebih memilih Green Day. Ina, bundanya, mantan penari latar yang masih suka menari-nari dikamarnya yang biasanya di bilang sedang-menata-ruangan-kalau-ada-yang-tanya-suara-gedebuk-apa-di-kamar-bunda. Omnya, Sony Senna, si anak yang di drop out dari SMA yang omong-omong sekarang masih pengangguran dan mengklaim dirinya sendiri sebagai petualang cinta. Amy, tantenya yang baru ditinggal suaminya disaat sedang hamil muda, tapi bersikap seolah kucing tetangga sedang duduk di teras menemani makan. Ada lagi kakaknya Dennis, yang 2 tahun lebih tua, yang kalau melihat status jomblo sejatinya, sepertinya menandakan ia seorang gay alami. Zenith, adiknya, yang 2 tahun lebih muda, terkena penyakit Odipus complex, dan lebih tertarik ke wanita yang lebih tua darinya. Dan terakhir, Dazafa Senna, heroine yang sampai sekarang tidak diperbolehkan punya pacar, yang bahkan di usianya yang ke 17 tahun dihadiahi piano mainan, buku diary berbau kemenyan, rumah boneka barbie, dan sebagainya dari keluarganya.
Kehidupan Daza yang setiap malam di kultum tidak boleh dekat dengan sembarang cowok, sepertinya bertambah buruk ketika keluarganya tahu tentang triple tiga di ulangan Matematikanya. Akhirnya setelah bangun dari syoknya karena ayahnya terus memantau laporan bulanan Daze di sekolah, Daze harus kembali di hadapkan dengan syok yang baru.
Logan, cowok tinggi tampan yang memakai sepatu putih sedang berdiri dihadapannya. Logan lah yang akan menjadi guru private Daze sampai Daze ujian. Namun, sosok sempurna Logan di hancur leburkan oleh sifatnya yang galaknya minta ampun. Sedikit-sedikit mengomel. Belum lagi omelannya menyakitkan dan ketus. Seolah alam semesta tak bisa lebih kejam lagi, Daze ternyata tidak boleh keluar rumah selain untuk sekolah sampai ujiannya selesai.
Tapi cowok bernama Dalas, anak basket yang imut, yang benar-benar manis wajah dan kata-katanya, mampu membuat hari Daze tak semiserable itu.
---
Saya bingung mau mulai dari mana. Sigh.
Saya mau curhat dulu sebentar. Saya kan tadi udah ngetik ya panjang-panjang di hape (belum punya laptop). Terus dengan seenaknya, hape saya mengeluarkan search google tiba-tiba, yang omong-omong saya masih belum memahami teknisnya, jadi waktu saya pencet tombol kembali, ketikan saya hilang semua. Mengenaskan ya? Saya rasanya mau teriak. Saya teriak dulu ya sebentar.
AAAAAAAARRRGGGHHHH!!!!!!!!
Fiuh ~ agak lega. Oke. Curhatan saya berakhir, sekarang mau di save dulu biar ngga hilang lagi. ;)
---
Keluarga Senna itu bukannya tidak normal, hanya sedikit berbeda dan agak menyebalkan. Saya yakin kalau saya ada di posisi Daze, saya juga pasti depresi. Siapa yang ngga akan depresi kalau di usianya yang ke 17 dia masih harus diceramahi setiap makan malam agar mencari pacar yang baik, padahal dekat dengan laki-laki pun tidak pernah. Belum lagi, sikap keluarganya yang tidak memberikan Daze kebebasan untuk menentukan apa yang dia inginkan. Selalu mengatur mulai dari pulang-pergi sekolah sampai harus jatuh cinta dengan siapa. Seolah Daze itu boneka pentas yang talinya tinggal di tarik tangannya bergerak, atau gampang dikendalikan.
Perumpamaan boneka agak terlalu berlebihan tidak ya, masalahnya mereka itu terlalu mengatur Daze. Seolah Daze itu anak umur 1 tahun yang belum bisa makan sendiri. Bahkan masalah pacar pun mereka yang menentukan, siapa yang harus di restui dan siapa yang harus di tendang. Padahal ’siapa’ yang harus di tendang itu cowok yang perhatian yang waktu menyatakan cinta dengan menyanyikan lagu I’m Yoursnya Om Mraz. Dan ’siapa’ yang harus direstui itu bahkan belum jelas mau direstui atau tidak.
Mm. Sepertinya saya kelewatan lagi. Mm. Keluarga Senna itu kalau di lihat dari kacamata positif, sebenarnya bukannya mengatur, tapi lebih seperti mengarahkan Daze ke arah yang tepat. Mereka hanya terlalu peka dengan pikiran dan perasaan Daze yang bahkan tidak di sadari gadis itu sendiri, makanya The Shennas mencoba mencari strategi agar Daze lebih memahami hatinya lebih baik.
Serta saya tidak begitu suka dengan sedikitnya interaksi yang mengarah ke romantisme antara Logan dan Daze. Sedikit sekali. Itupun kebanyakan di bab akhir. Mungkin karena sudut pandang orang pertama yang digunakan yang juga menyebabkan saya tidak begitu mengerti Logan. Logan yang terlalu dingin justru membuat saya lebih suka kalau Daze sama Dalas saja. Kurang apa coba Dalas, tinggi, imut, pinter main basket, perhatian, romantis, sweet, murah senyum juga, banyak kan kelebihannya? Tapi memang ada yang kurang sih, sesuatu yang di miliki Logan, hati Daze.
Oke oke, kembali ke review. Buku ini termasuk buku favorit saya karena, lucu. Sumpah saya ketawa mulu. Plotnya juga ngga begitu lambat ataupun kecepetan. Bahasanya ngga ribet. Ditambah karakter-karakternya yang sudah saya bilang tadi, unik. Meskipun ini novel romantis, tapi ini juga bisa dibilang novel keluarga. Kedekatan keluarga Senna membuat saya iri. Sedikit.
Intermezzo sedikit, Meet The Sennas sudah pernah di terbitkan tahun 2006 dengan judul Duuh.. Susahnya Jatuh Cinta (nyontek di kata pengantar).
Satu lagi, endingnya agak tiba-tiba kalau kata saya. Seolah belum waktunya berakhir, tapi harus sudah diakhiri. Dan saya juga tidak bisa terharu betapapun seringnya Daze menangis. Saya cuma bisa merasakan perasaan kesal Daze saja. Kenapa bisa begitu ya?
Sementara untuk rating saya kasih 4 lily beserta kupu-kupunya. ^^
Karakter favorit : Andalas Adi Prayudha
Ps.
1. Saya tidak menemukan quote, jadi di skip.
2. Semenjak kejadian tulisan-panjangku-hilang-gara-gara-kotak-search-google, aku jadi sering bolak-balik ngesave -_-
1. Saya tidak menemukan quote, jadi di skip.
2. Semenjak kejadian tulisan-panjangku-hilang-gara-gara-kotak-search-google, aku jadi sering bolak-balik ngesave -_-
Review ini dikutsertakan dalam Indonesia Romance Reading Challenge 2014
No comments:
Post a Comment